ZONATIMES.COM – Kalangan selebritas Tanah Air memang selalu sukses bikin kehebohan. Terbaru, mengenai boneka arwah spirit doll.
Dimana, sederet artis lebih memilih mengasuh boneka arwah spirit doll selayaknya anak. Boneka tersebut betul-betul diperlakukan layaknya manusia, diberi makan dan minum.
Fenomena aneh ini ramai dan mendapatkan respons negatif dari sebagian masyarakat.
Atas kegaduhan tersebut, Majelis Ulama Indonesia (MUI) hingga sosiolog angkat bicara.
Melansir Detik.com, Ketua Bidang Dakwah dan Ukhuwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat KH Muhammad Cholil Nafis menanggapi soal tren boneka arwah spirit doll. Dia menyebutkan masyarakat tidak boleh memelihara makhluk halus.
Cholil menegaskan bahwa boneka itu hanya sebatas mainan. Tapi kalau itu diisi atau dipersepsikan tempat arwah, hukumnya tidak boleh memelihara makhluk halus. Kalau disembah, musyrik, tapi kalau berteman saja, berarti berteman dengan jin.
Cholil menilai tidak seharusnya memperlakukan boneka layaknya anak manusia karena boneka adalah benda mati. Dia pun menyarankan, daripada mengeluarkan biaya memelihara boneka, lebih baik uangnya disumbangkan untuk anak yatim dan dhuafa.
Ketua Bidang Pengkajian dan Penelitian MUI Prof Utang Ranuwijaya menyampaikan mempercayai benda yang memiliki roh atau kekuatan supranatural (seperti batu cincin, keris, dan boneka) termasuk perbuatan syirik. Hal ini merupakan tipu daya jin yang hendak memperdaya manusia.
“Kekuatan-kekuatan gaib yang dianggap ada pada benda-benda itu sebenarnya adalah tipu daya jin yang memperdaya manusia, bukan benda itu sendiri. Dari sini sebenarnya sumber kemusyrikan itu datang,” ujarnya.
Dia juga meminta masyarakat menjauhi perbuatan yang mendatangkan kemusyrikan. Sebab, kata Utang, Allah SWT tidak mengampuni dosa musyrik.
“Maka jauhilah perbuatan-perbuatan yang akan mendatangkan kemusyrikan, karena Allah SWT tidak akan mengampuni dosa dari perbuatan hamba-Nya yang melakukan kemusyrikan,” tambahnya
Tanggapan Sosiolog terkait boneka arwah spirit doll dapat disimak di halaman berikutnya.
Sosiolog dari Universitas Nasional Sigit Rohadi juga mengomentari fenomena boneka arwah spirit doll. Dia berpendapat tren ini merupakan cerminan masyarakat yang kesepian.
“Meskipun tinggal di kota yang hiruk pikuk, masyarakat kota yang memelihara boneka dan memperlakukannya seperti manusia mencerminkan masyarakat yang kesepian (kesepian dalam keramaian). Gejala ini juga menunjukkan warga yang kian individualis. Peran media sosial menyumbang besar dalam pembentukan individualitas dan kesepian ini,” kata Rohadi kepada wartawan, Senin (3/1).
Menurutnya, selama ini orang-orang sibuk di dunia maya, namun interaksinya di dunia nyata justru kering. Hal ini ditambah dengan pembatas fisik yang sukar dikontrol. Meningkatnya interaksi di dunia maya inilah yang membuat orang memilih binatang peliharaan, manekin atau boneka arwah spirit doll.
“Inilah yang mendorong warga kota akrab dengan binatang peliharaan, boneka, dan manekin yang dijadikan kekasih. Maraknya layanan dari rumah ke rumah atau kamar ke kamar seperti hantaran makanan oleh penyedia jasa transportasi online, turut juga menyumbang kesepian. Manusia-manusia teknologi kehilangan kemanusiaannya,” imbuhnya.