ZONATIMES.COM, Makassar – Pengurus Cabang Nahdatul Ulama (PCNU) Kota Makassar masa khidmat 2019-2024, menyambut dan memeriahkan pergantian Hari Santri Nasional (HSN) di Masjid Taqwa, Jalan Dr Wahidin Sudirohusodo, Makassar, Minggu, 20 Oktober 2019 malam ini.
Kemeriahan HSN, Dihadiri ratusan santri dan santriwati dari berbagai pondok pesantren yang ada di Makassar, serta masyarakat setempat ikut serta memeriahkan, pastinya jajaran Forum Santri Nasional (FSN) Kota Makassar.
Selain itu, juga hadir jajaran Mustasyar, KH Amirullah Amri dan Anggota DPRD Makassar, H. M. Yunus, serta Kementerian Agama (Kemenag) Kota Makassar, yang diwakili oleh Kepala Seksi Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren, Drs. H. Alimuddin Akib.
Dari rangkaian kegiatan HSN tersebut, yang dimulai dari zikir dan salawat nariyah yang dipimpin oleh KH Masykur Yusuf MA Imam Masjid Al-Markaz, kemudian dilanjutkan dengan tausiah kebangsaan oleh Wakil Rektor UIN Alauddin Makassar, Dr Kamaluddin Abunawas.
Ketua Tahfiziyah PCNU Kota Makassar, Dr Kaswad Sartono, menyampaikan, bahwa NU sudah seharusnya memeriahkan dan memperingati HSN, sebab menurutnya NU dan Santri punya sejarah tersendiri.
Disebutkan, bahwa hari santri diperingati karena ada resolusi jihad NU pada tanggal 22 Oktober beberapa tahun silam lalu.
“Jadi kita semua sudah seharusnya memeringati dan memeriahkan, apalagi sudah ditetapkan dalam UU Pesantren,” kata Kaswad sapaannya.
Lebih lanjut kata dia, bahwa kehadiran NU memeriahkan acara peringatan HSN di Masjid Taqwa, sebuah sinergitas dengan masyarakat dan pengurus masjid.
“NU Kota Makassar berbaur di Masjid Taqwa ini, itu karena ada sejarah tersendirinya, bangun sinergitas antara MWC Wajo dengan Masjid Taqwa,” kata dia.
Sementara itu dari penyampaian Tauziah Kebangsaan, Wakil Rektor UIN Alauddin Makassar, Dr. Kamaluddin Abunawas, jelaskan makna santri dan hubungan NU.
Jelas Kamaluddin Abunawas, bahwa santri tidak akan bisa dipisahkan oleh NU. NU punya sejarah tersendiri, ada tradisi yang harus dijaga dalam hubungan santri dan pesantren.
Demikian itu kata dia, untuk menjadi Santri sebagai perdamaian dunia, maka santri harus berpikir global, sebab menurutnya, santri yang harus menjadi bagian dari solusi bangsa Indonesia.
Tapi dengan semua itu, lanjut Kamaluddin Abunawas, tidak boleh menghilangkan tradisi ke pesanteran dan santri awalan pikiran kita global.
“Santri sebagai perdamaian mulai saat ini, kita semua harus berpikir global, tapi tidak menghilangkan tradisi santri dan pesantren,” jelasnya.
Kegiatan ini ditutup dengan pembacaan doa yang dipimpin oleh, Rais Syuriyah PCNU Makassar, KH Baharuddin, dengan berakhirnya acara itu ditandai dengan menyanyikan Mars Santri dan Syubanul Wathondari dari santri Pondok Pesantren MDIA Bontoala.