ZONATIMES.COM – Tatkala Ghandi mengatakan “Where there is love, there is life” sebenarnya ada pesan kemerdekaan yang ingin disampaikan melalui frasa monumental yang mengantarkan India keluar dari penjajahan. Pascal Alan Nazareth dalam Keagungan Kepemimpinan Gandhi mengatakan bahwa Konsep cinta Satyagraha yang diperkenalkan Ghandi merupakan simbol perlawanan tanpa kekerasan. Dan saya rasa ini masih sangat relevan untuk era sekarang sebab tindakan kekerasan, pelanggaran HAM masih sering kita saksikan di negara-negara di dunia.
Secara substansif, salah satu indikator yang membedakan antara negara merdeka dan tidak adalah masih banyaknya tindakan kekerasan yang terjadi secara massif dalam negara tetsebut, artinya ada kesan tidak adanya protect yang ketat dari negara kepada warganya. Dan yang semakin memperparah dan sangat melucuti nilai-nilai kemerdekaan jika tindakan kekerasan itu justru dilakukan oleh alat negara itu sendiri.
Dalam melihat konteks ini, negara-negara yang mengklaim diri sebagai negara merdeka seharusnya mempersiapkan perlindungan yang jelas kepada warga negaranya, agar setidaknya menjadi pembeda dari negara-negara yang belum merdeka yakni dengan cara menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia.
Kembali ke konteks Indonesia, momen 17-an seakan menjadi pengingat perjuangan yang telah dilakukan oleh para pahlawan bangsa yang rela mengorbankan jiwa dan raga mereka demi memperjuangkan kebebasan anak dan cucunya. masih ada setitik harapan dan mimpi yang kita jaga, masih ada cita cita yang bisa kita bagikan.
Kini masa perjuangan melawan penjajah sudah terlewatkan, masa pembangunan sedang kita alami dan juga di era globalisasi yang sekarang ini tidak sedikit orang kehilangan nasionalisme dan patriotisme baik dalam kalangan pemuda, di mana generasi sekarang ini adalah generasi yang bisa memperoleh wawasan dari segala arah melalui media modern yang akan membawa mindset kita tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang mindful.
Sampai pada hari ini kita berada di posisi Semarak indonesia merdeka yang berpacu dalam diri dimana kita berada dalam tatanan baru “New Normal “. untuk merealisasikan skenario “New Normal” saat ini pemerintah menggandeng seluruh pihak, para ahli, pakar dan tokoh masyarakat untuk merumuskan protokol atau SOP untuk memastikan masyarakat tetap beraktivitas kembali dan tetap aman dari covid 19. Perubahan tersebut tentu berdampak luas di banyak sektor, berubahnya akitivitas, membuat dunia usaha sepi, seperti bidang pariwisata misalnya.
Berjalannya waktu berdiam diri tidak bisa selamanya di terapkan untuk menjaga keseimbangan perekonomian, di sisi lain Covid 19 masih terus mengancam.
Aturan demi aturan yang di keluarkan transformasi menata kehidupan yang kemudian akan di bawa terus kedepannya sampai keadaan akan membaik.
Tibalah dimana peran pemuda untuk menjadi agent of change yang mendorong terjadinya transformasi, melalui tekhnologi gencarkan ajak dan galakan edukasi semasif mungkin, dengan jumlah pemuda yang sangat banyak seharusnya kita memberikan kontribusi yang lebih dalam memerangi covid 19. Dimana Kunci optimisme dalam menghadapi covid 19 adalah dengan menerapkan protokol kesehatan sesuai aturan pemerintah.
Semangat pemuda adalah pelopor masa depan bangsa yang dimana perjuangan masa lalu lebih muda karena berjuang melawan penjajah tapi saat ini kita berjuang melawan diri sendiri. Mari tetap tebarkan kebaikan meski pun peringatan 75 Tahun Indonesia Merdeka berbeda dari tahun sebelumnya. Mahatma Ghandi telah memulainya dengan frasa “Where there is love, there is life“. Saya ingin menambahkan begini “Where there is love, there is Freedom”. Selamat menjelang hari kemerdekaan.
Oleh: Andi Rizka Rahman
Penulis merupakan Ketua Departemen Hukum & Ham FMI, tulisan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.