ZONATIMES.COM, Makassar – Pandemi covid-19 berdampak besar pada berbagai sektor, salah satunya pada sektor pendidikan. Dunia pendidikan juga ikut merasakan dampaknya. Kondisi pandemi covid-19 ini mengakibatkan perubahan yang luar biasa, termasukbidang pendidikan. Seolah seluruh jenjang pendidikan ‘dipaksa’ bertransformasi untuk beradaptasi secara tiba-tiba drastis untuk melakukan pembelajaran dari rumah melalui media daring (online).
Pembelajaran jarak jauh adalah sebuah solusi dalam proses kegiatan belajar mengajar selama pandemi covid-19 mewabah. Apakah hal ini merupakan solusi yang efektif? Tentu kita harus memperhatikan beberapa faktor, karena dalam proses pembelajaran banyak peran yang akan saling mendukung, yakni dosen, mahasiswa dan orang tua.
Tidak hanya itu faktor sarana dan prasarana pun turut menentukan apakah efektif atau tidak. Ini tentu bukanlah hal yang mudah, karena belum sepenuhnya siap. Problematika dunia pendidikan yaitu belum seragamnya proses pembelajaran, baik standar maupun kualitas capaian pembelajaran yang diinginkan.
Sistem pembelajaran dilaksanakan melalui perangkat personal computer (pc) atau laptop yang terhubung dengan koneksi jaringan internet. Pendidik dapat melakukan pembelajaran bersama di waktu yang sama menggunakan grup di media sosial seperti whatsapp (wa), telegram, instagram, aplikasi zoom ataupun media lainnya sebagai media pembelajaran.
Namun, solusi bukan arti bahwa tidak memiliki kendala. Ada bayak hal yang menjadi kendala saat pembalajaran dengan secara daring (online), salah satunya yang paling umum ialah kendala perangkat yang digunakan seperti handphone (HP), laptop, ataupun komputer.
Tidak semua peserta didik memiliki hal tersebut karena kondisi ekonomi seseorang berbeda-beda, ini menjadi kedala secara umum yang terjadi. Coba banyangkan saja apabila dalam 1 keluarga memiliki 3 orang anak yang seang kuliah dan tidak mempunyai salah satu perangkat atau hanya punya 1 saja perangkat yang dimiliki, apakah hal tersebut menjadi efektif untuk digunakan? Tentu saja tidak, malah akan menjadi beban tambahan bagi orang tua peserta didik.
Dan yang kemudian, kondisi koneksi internet. Banyak daerah yang masih susah untuk mendapatkan akses internet yang memadai, adapun daerah yang peserta didiknya harus menempuh jarak yang bergitu jauh untuk mendapatkan akses internet. Hal ini masih sering umum terjadi dikarenakan timpangnya pemerataan pembangunan pada aspek koneksifitas akses jaringan.
Kendala ketersedian kuota juga sangat umum terjadi sekarang. Karena pasti kuota harus selalu tersedia guna dapat mengakses internet. Nah ini juga akan kembali menjadi beban tambahan bagi orang tua peserta didik, yang harus mengeluarkan uang tambahan untuk membelikan paket kuota internet.
Yang menjadi kendala lagi ialah kurang efektifnya dalam mentransfer ilmu dari pengajar ke peserta didik, banyak hal yang harus dimengerti oleh peserta didik dari ilmu yang diberikan. Karena hal ini ruang untuk metrasnfer ilmu btersebut menjadi lebih sempit dan susdah untuk di pahami. Malah banyak sekarang peserta didik yang hanya mengandalkan kecanggihan internet untuk mengadalakan ilmu, ini hal yang kurang efektif untuk dijalankan. Seharusnya pengajar dan peserta didik dapat saling memahami satu sama lain dalam mentransfer ilmu.
Beban pekerjaan peserta didik juga ditambah, yang mengakibatkan peserta didik acuh dalam mengerjakannya. Ini juga sebuah kendala yang dialami peserta didik,dengan penambahan beban kerja dari pengajar bukan lah sebuah solusi yang efektif dalam mentransfer ilmu. Karena dapat memicu tingkat kemalasan peserta didik dalam mengerjakanya.
Biasanya pengajar sengaja memberikan beban tugas yang begitu besar kepada peserta didik guna untuk meningkatkan kinerja mengajarnya, tapi malah jutru ini membuat kualitas mengajar akan meurun dikarenakan kualitas ilmu yang didapat tidak begitu dapat diserap oleh peserta didik.
Setelah semua peserta didik dapat mengakses segalanya dengan baik pun, masih ada permasalah perihal kendala lain terkait waktu pelaksanaan, tercapai tidaknya tujuan pembelajaran, membimbing sikap spiritual dan sosial, kepuasan dalam berkomunikasi dua arah serta makna dari pemebelajaran tersebut.
Namun, masalah yang paling sulit adalah pengganti energi yang saling diberikan oleh peserta didik dan pengajar di kelas saat tatap muka. Banyak hal-hal yang dapat saling menyemangati, materi yang lebih mudah diserap, keleluasaan dalam tanya jawab serta gairah menggali ilmu yang tercipta hanya pada saat di kelas. Dan hal ini tak tergantikan ketika pembelajaran saat daring (online).
Solusi pembelajaran dengan jarak jauh secara daring masih banyak di perdebatkan apakah efektif dilakukan, tapi ini juga merupakan sebuah tuntutan yang harus dipatuhi dari pemerintah sehingga kita harus menaati aturan tersebut. Pemerintah juga tidak mengeluarkan sebuah kebijakan tampa melihat sebab dan akibatnya, oleh karena itu pemerintah juga mengeluarkan bantuan berupa kuota belajar bagi peserta didik agar dapat menujang proses belajar mengajarnya.
Kita tidak bisa menyalahkan atas keadaan atau bahkan berhenti dan menyerah karena keadaan. Apapun yang terjadi proses pendidikan akan terus berjalan. Dibutuhkan kerjasama antara Dosen/Guru sebagai tenaga pendidik dan Mahasiswa/Siswa sebagai anak didik untuk dapat menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan mampu mencapai tujuan pembelajaran.
Semoga pandemi ini segera berlalu dan dapat melaksakan kegiatan belajar mengajar secara efektif dan optimal. Tetap jaga kesehatan. Sekian dan terima kasih
Penulis: Rustam (Akuntansi UINAM)