Pengelola LRT minta maaf soal pintu LRT pendek, untuk tinggi rata-rata 160cm.

Mengatasi Kontroversi Pintu Rendah LRT Jabodetabek: Permintaan Maaf dari Pengelola

ZONATIMES.COM -Baru-baru ini, LRT Jabodetabek telah menjadi sorotan publik karena kontroversi terkait tinggi pintu yang dinilai terlalu rendah oleh sebagian masyarakat. Otoritas LRT Jabodetabek merespon keprihatinan ini dengan mengklarifikasi bahwa ukuran pintu kereta telah direncanakan berdasarkan rata-rata tinggi badan penduduk Indonesia, yakni 160 cm. Meskipun dirancang untuk memenuhi standar lokal, permasalahan muncul ketika warga negara asing dengan tinggi badan yang jauh di atas rata-rata mengalami kesulitan saat menggunakan layanan ini.

Kuswardojo, Kepala Humas LRT Jabodebek, dengan rendah hati meminta maaf atas ketidaknyamanan yang dialami oleh sejumlah penumpang akibat perbedaan dalam ukuran pintu LRT. Pengakuan ini menunjukkan bahwa manajemen LRT Jabodetabek mendengarkan dan memahami keprihatinan masyarakat, serta bersedia mengambil tanggung jawab atas dampak yang mungkin ditimbulkan oleh keputusan desain ini.

Di sisi lain, Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Risal Wasal, memperjelas bahwa pintu LRT Jabodetabek telah dirancang sesuai dengan standar yang berlaku dan konsep desain tersebut telah ada sejak awal. Meskipun ada kekhawatiran dari sebagian kalangan terkait kenyamanan dan keselamatan penumpang dengan beragam tinggi badan, Risal Wasal menekankan bahwa keputusan ini diambil berdasarkan pertimbangan dan analisis yang matang.

Kontroversi seputar pintu rendah LRT Jabodetabek mengingatkan kita akan pentingnya mempertimbangkan berbagai faktor ketika merancang infrastruktur transportasi massal. Dalam masyarakat yang semakin beragam, perbedaan dalam tinggi badan dan ukuran tubuh merupakan hal yang perlu diperhatikan agar semua penumpang dapat merasa nyaman dan aman saat menggunakan layanan tersebut.

Kritik dan masukan dari masyarakat, baik dari penduduk lokal maupun warga negara asing, penting dalam merancang dan mengoperasikan layanan transportasi yang inklusif. Ini merupakan langkah positif menuju perbaikan berkelanjutan dalam layanan transportasi umum, yang dapat memenuhi kebutuhan beragam penumpang tanpa mengabaikan aspek-aspek kenyamanan dan keselamatan.

Penting bagi pengelola LRT Jabodetabek dan pihak terkait untuk tetap terbuka terhadap masukan publik dan terus berupaya memperbaiki layanan agar dapat memberikan pengalaman yang positif bagi semua penumpang, tanpa memandang tinggi badan atau asal negara. Dengan mengambil pelajaran dari kontroversi ini, kita dapat berharap bahwa masa depan transportasi massal akan lebih inklusif dan mengakomodasi keberagaman yang ada.