Daki Gunung Seberangi Sungai, Begitulah Perjuangan Siswa di Bulukumba Ikut Belajar Online

ZONATIMES.COM, Bulukumba – Dampak dari pandemi Covid-19, proses pembelajaran di sekolah mengharuskan dilaksanakan lewat online demi mencegah penyebaran virus Corona.

Mulai sekolah di perkotaan maupun di polosok desa proses belajar tak lagi dilakukan secara bertatap muka langsung di ruang kelas.

Akses jaringan untuk mendukung pembelajaran online atau daring di perkotaan pastinya tak ada kendala. Tapi bagaimana dengan pelajar yang ada di polosok desa.

Dikutip di kompascom, Senin (27/7/2020). Firdawasnyah (13), siswa MTs PP Nurul Falah Borongganjeng Bulukumba harus berjuang ekstra bersama siswa lainnya untuk mengikuti pembelajaran online.

Karena buruknya sinyal di kampungnya, Firdawasnyah terpaksa jalan kaki 2.5 kilometer ke kawasan wisata Puncak Donggia Hills saat mengerjakan tugas sekolah.

Pada saat tiba di puncak, bukannya ia menikmati pemandangan yang ada di bawa kaki gunung Lompobattang itu. Justru matanya sibuk ke layar ponsel Android.

Lelaki asal Dusun Tabbuakang, Desa Kahayya, Kecamatan Kindang Bulukumba, Sulawesi Selatan, itu mengatakan sekolahnya menerapkan belajar di rumah, sehingga materi dan tugas disampaikan secara online.

“Kalau di rumah tidak ada sinyal internet makanya ke puncak membawa buku dan pulpen jadi tugas dikerjakan langsung dengan ditulis lalu difoto baru dikirim ke grup WhatsApp,” kata Firdawasnyah.

Firdawansyah mengaku tiap hari ke puncak Donggia Hills. Dia berangkat sekitar pukul 07.00 Wita. Ia ke puncak bersama teman-temannya. Sebelum naik ke gunung, mereka membeli pulsa data.

“Kalau ke Puncak saya jalan kaki karena ban motor kempis jadi lebih baik jalan kaki bersama teman-teman. Sebelum ke lokasi kami membeli pulsa data dulu. Kalau pulsa saya habis terpaksa numpang WiFi sama teman, karena ibu tidak punya uang,” tuturnya.

Firdawasnyah mengatakan, pernah satu kali gurunya meminta untuk mengunduh aplikasi tertentu.

Karena sinyal di Donggia Hills kurang kuat untuk mengunduh aplikasi, Firdawasnyah terpaksa berjalan lebih jauh sampai melewati sungai di perbatasan Bulukumba dan Sinjai.

“Untuk download aplikasi di Puncak, sinyal kurang kuat makanya jalan kaki dari rumah ke kebun sekitar empat kilometer. Di kebun bagus signal, tapi berjuang lagi lewati jembatan bambu di sungai. Kalau lewati jembatan harus pelan-pelan,” tuturnya.

Asri (26), Guru MTs PP Nurul Falah mengatakan sinyal internet untuk beberapa daerah di Bulukumba memang masih buruk.

Asri berharap ada perhatian dari pemerintah untuk membangun menara pemancar sinyal agar kebutuhan warga bisa terpenuhi.