ZONATIMES.COM, Opini – Manusia sebagai makhluk yang memiliki tingkatan derajat lebih tinggi dari pada makhluk lainnya merupakan makhluk yang unik, karena antara individu satu dengan lainnya sangatlah berbeda walaupun ia dilahirkan sebagai kembar identik sekalipun.
Individu manusia berarti tidak dapat dibagi (undivided), tidak dapat dipisahkan, keberadaannya sebagai makhluk yang pilah, tunggal dan khas. Lalu apakah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya sehingga ia menjadi makhluk yang istimewa?
Ada beberapa faktor yang menyebabkan makhluk bernama manusia ini adalah makhluk yang sangat istimewa, dan salah satunya adalah bahwa manusia dianugerahi akal untuk berfikir dan menganalisa.
Charles Sherrington mengemukakan bahwa otak manusia merupakan suatu yang nampak mempesona dengan jutaan kumparan yang berkelip membentuk pola tertentu, suatu pola yang penuh arti dan tak kunjung diam, yang terdiri atas perubahan yang harmoni dari pola-pola yang lebih kecil seperti galaksi bima sakti memasuki kosmik yang berdansa.
Manusia yang telah diberikan anugerah luar biasa dahsyatnya dalam otak kita untuk digunakan semaksimal mungkin untuk kemaslahatan diri pribadi dan bersama. Tentu kita merupakan makhluk yang diberikan kelebihan oleh Tuhan untuk dapat memperoleh ilmu dimanapun dan kapanpun. Dengan ilmu yang kita miliki kita akan menjadi orang-orang yang memiliki kesempatan yang lebih baik.
Kewajiban kita untuk menuntut ilmu sebenarnya telah disabdakan oleh Rasulullah beberapa abad yang lalu, menggali ilmu adalah kewajiban bagi setiap ummat. Kitab suci Al-Quran telah menyebutkan bahwa Tuhan akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan orang yang memiliki ilmu pengetahuan dengan beberapa derajat (baca: Q.S Al-Mujadalah: 11).
Inilah pentingnya kita untuk menuntut ilmu. Bahkan kita diperbolehkan untuk mengambil hikmah (ilmu), darimana dan dari siapa pun. Umat Islam harus banyak belajar dari perdaban barat, karena saat ini pusat peradaban dunia berada disitu. Kita tidak boleh berpikir secara sesaat dan picik bahwa segala sesuatu hal yang berasal dari barat adalah buruk. Kita harus melepaskan paradigma berfikir bahwa “Islam adalah musuh barat.”
Cobalah sekali-kali kita dari sudut pandang yang lain. Orang-orang yang banyak menciptakan teori dan teknologi mutakhir pada saat ini di dominasi oleh bangsa Eropa maupun Amerika.
Pertanyaannya ialah mengapa mereka mampu menghasilkan cendikiawan jenius kelas dunia yang teori maupun teknologinya juga kita gunakan hingga saat ini? Hal inilah yang harus kita cermati dan pelajari.
Karena saat ini kita cenderung ternina-bobokan dengan kejayaan-kejayaan Islam pada masa lampau, alih-alih membuat kita maju malahan membuat kita menjadi terbuai. Tentunya kita tidak boleh membiarkan hal tersebut berlarut-larut. Kita dapat memelihara nilai-nilai lama dari para pendahulu kita yang baik, tetapi kita juga harus segera menggali nilai-nilai baru yang lebih baik. Kita harus segera bangkit dari keterpurukan ini.
Salah satu cara untuk bangkit adalah melalui perbaikan mutu pendidikan umat islam. Karena jihad dengan ilmu merupakan salah satu keutamaan. Kita harus menunjukan bahwa Islam bukanlah agama bengis yang disebarkan lewat pedang dan kekerasan.
Islam adalah agama yang rahmatan lil ‘alamin, agama yang menebar kasih sayang kepada semua umat baik itu yang muslim ataupun non muslim. Kita harus melepaskan paradigma bahwa umat Islam itu biasanya bodoh, malas, miskin dan terbelakang.
Kemajuan peradaban yang kita harapkan akan terwujud melalui pendidikan yang baik.
Terakhir, mengutip pernyataan Ibnu Athaillah “Ilmu yang paling baik ialah ilmu yang disertai rasa takut kepada Allah sang pencipta.” Tentunya dengan memiliki rasa takut kepada pencipta dan meyakini bahwa ilmu ini merupakan anugerah dariNya, maka ilmu tersebut akan diamalkan dan menciptakan kehidupan yang damai, seimbang dan harmoni.
Wallahu A’lam Bisshowaab
Penulis: Faisal Razak, mahasiswa jurusan Manajemen Universitas Muhammadiyah Makassar, pemerhati kebijakan sosial, ekonomi dan politik