Harta Karun Budaya: Perpustakaan Kuno Tibet dan Pekerjaan Terjemah yang Tak Berujung
Dalam lembah-langit Tibet yang megah dan sunyi, tersembunyi sebuah harta karun budaya yang menakjubkan. Perpustakaan kuno ini, yang masih menjadi misteri bagi banyak orang, terletak di Biara Sakya yang didirikan pada tahun 1073. Di belakang dinding-dinding biara ini, lebih dari 84.000 kotak buku tersimpan, menantikan saat-saat untuk mengungkap pengetahuan yang terjaga selama ribuan tahun.
Namun, apa yang membuat perpustakaan ini begitu luar biasa adalah fakta bahwa hanya sekitar 5% dari isi buku-bukunya yang telah diterjemahkan dan dipelajari. Seperti berbagai rahasia yang melingkupi budaya dan sejarah Tibet, kekayaan pengetahuan yang ada di sana masih dalam proses penyelidikan dan pemahaman.
Biara Sakya, yang juga merupakan pusat keagamaan penting, menampung tidak hanya buku-buku klasik dan teks agama, tetapi juga berbagai harta seni, karya tulis tangan, dan artefak budaya. Sejak didirikan, biara ini telah menjadi tempat penyimpanan dan studi mendalam bagi banyak ilmuwan dan peneliti.
Sejarah Biara Sakya dan perpustakaannya mengesankan. Didirikan lebih dari semillennium yang lalu, biara ini memindahkan ribuan kotak buku yang tersembunyi di belakang dinding, mungkin sebagai upaya untuk melindungi pengetahuan dari berbagai peristiwa sejarah yang melanda Tibet.
Beberapa peneliti bahkan berspekulasi bahwa sejarah biara ini dapat ditelusuri hingga 60.000 tahun yang lalu. Namun, ini masih menjadi teka-teki yang penuh misteri. Baru-baru ini, penelitian mendalam yang dilakukan setelah tembok perpustakaan dibuka mengkonfirmasi sejarah biara ini hingga sekitar 10.000 tahun yang lalu.
Sejauh apapun sejarahnya, satu kutipan dari C.S. Lewis menggambarkan nilai dan pentingnya memahami pengetahuan yang ada dalam perpustakaan ini: “Adalah aturan yang baik setelah membaca buku baru, jangan pernah membiarkan diri Anda membaca buku baru lagi sampai Anda telah membaca buku lama di antaranya.” Dalam kerangka ini, perpustakaan Biara Sakya membuka pintu kepada kita untuk memahami akar budaya yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini. Dengan setiap teks yang diterjemahkan dan setiap buku yang dipelajari, kita mendekati pemahaman yang lebih dalam tentang harta budaya yang tak ternilai ini.