ZONATIMES.COM – Menyambut dan memperingati Hari Pahlawan yang jatuh pada 10 November 2020. Mengenang jasa para pahlawan terdahulu dapat dituangkan melalui karya sastra berupa puisi dan lagu kepahlawanan.
Berikut kumpulan puisi untuk pahlawan, dirangkum dari berbagai sumber.
Mengenang
oleh Yuliani Megantari
Muak jadi budak
Mereka maju dengan penuh yakin
Menentang benteng besi bersama
Sembilan Obor, telah menancap disudut-sudut bumi
Bumi yang telah Basah
Ketika mereka bergegas
Di pintu pagi yang cemas
Aku hanya dapat menanti kabar dari langit dan bumi
Centang jam berbunyi detik demi detik
Waktu kian berlalu bagai air mengalir
Sekawanan burung gagak membawa kabar
Mereka telah pergi
Kembali pada cahaya, yang menjadi air
Mengalir pada muara yang tak pernah berbatas
Kembali pada api, tanah pijakan ibu pertiwi
Terbang ke atas langi tak berlapis
Yang menyatu bersama udara
Merongga dalam kekekalan
Pemuda Pahlawan
Oleh: Riky Fernandes
Gelagat keharuan tercium bagai bangkai kecoa yang mulai hancur
Waktumu tiddak banyak di atas fana
Rapatkan jari-jemarimu agar sampai menuju menara
Bulatkan tekadmu untuk melawan arus kebencian setiap manusia-manusia itu
Kukuhkan dua kakimu sampai ke kepala
Tarik tali pelontar kain merah putihmu
Usah kau sujud di atas tanah itu
Tancapkan saja tiang semangatmu setinggi mungkin
Senyummu kian memanis dengan topi jerami berwarna gelap
Dan saat itulah kau akan tahu betapa sulitnya hidup
Dengan hias keringat tanpa peduli hari telah mencapai senja
Diponegoro
Oleh Chairil Anwar
Dimasa Pembangunan ini
Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali
Pedang dikanan, keris dikiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.
MAJU
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanpa menyerbu
Sekali Berarti
Sudah itu mati
MAJU
Bagimu negeri
Menyediakan api
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sungguhpun dalam ajl baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang
Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini
Oleh Taufik Ismail
Tidak ada pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus
Karena berhenti atau mundur
Berarti hancur
Apakah kita jual kekayaan kita
Dalam pengabdian tanpa harga
Akan maukah kita duduk satu meja
Dengan para pembunuh tahun yang lalu
Dalam setiap kalimat yang berakhiran
“Duli Tuanku?”
Tidak ada pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus
Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan
Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh
Kita adalah berpuluh juta yang bertahan hidup sengsara. (mypurohith)