Menyusuri Jejak Masa Lampau Selayar di Kantor Bea dan Cukai

Perputaran roda waktu dan pergantian zaman perlahan mulai banyak menggeser perubahan wajah kota Selayar, sebuah daerah pesisir kepulauan yang diapit oleh kurang lebih seratus dua puluh tiga buah gugusan pulau kosong dan berpenghuni, di semenanjung selatan, Provinsi Sulsel.

Perkembangan zaman dan proses pencarian jati diri dalam rangka untuk mewujudkan harapan dan ‘mimpi’ Kabupaten Selayar, sebagai daerah pengembangan pariwisata, perlahan mulai banyak menggeser posisi bangunan-bangunan tua peninggalan pemerintah sebelumnya yang kemudian tergantikan oleh bangunan baru beraksitektur megah dan berkesan lebih ekslusif.

Tak lagi banyak bangunan tua yang tersisa, terkecuali bangunan rumah tahanan (Rutan) Klas IIB Kabupaten Selayar, alun-alun tribun lapangan pemuda Benteng, Kantor Dinas Perhubungan, di ruas Jln. RE. Martadinata, gudang kopra, dan sejumlah bangunan rumah panggung yang tetap mencoba untuk bertahan.

Namun diantara bangunan-bangunan tersebut, hanya ada satu bangunan kantor yang kondisinya masih tetap original dan belum banyak mengalami perubahan.

Bangunan kantor Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kantor Wilayah XVI Sulawesi Kantor Pengawasan dan Pelayanan Type A Makassar, Kantor Bantu Benteng/Pulau Selayar, di kompleks, pasar lama, Benteng, tetap berdiri kokoh dan utuh, di sebelah utara ex.bangunan Plaza Marina yang dulu merupakan bekas bangunan tanggul pemecah ombak.

Tak hanya bangunan kantor yang tetap utuh. Akan tetapi, papan nama kantornyapun, tetap awet dan terawat, bersama tiang bendera yang terpancang di depan kantor.

Bangunan lain yang hingga sekarang masih bisa disaksikan keasliannya, bisa dijumpai di kompleks, perumahan dinas lama, di ruas jalan Dr. Muchtar, hotel berlian, hotel harmita, wisma PKK Tanadoang, dan bangunan Selayar Beach Hotel di jalan Penghibur.

Hanya bangunan-bangunan inilah yang sepintas bisa mengembalikan dan menyegarkan memory serta ingatan pada wajah Selayar di masa lampau.